6 Fakta Sindrom HELLP, Kelainan Hati dan Darah pada Ibu Hamil
Uncategorized

6 Fakta Sindrom HELLP, Kelainan Hati dan Darah pada Ibu Hamil

JuraganqqLounge –  6 Fakta Sindrom HELLP, Kelainan Hati dan Darah pada Ibu Hamil

Indojuraganqq.com  – Kebanyakan bayi akan lahir prematur

Sindrom HELLP adalah kelainan hati dan darah pada ibu hamil yang bisa amat berbahaya bila tidak segera ditangani. Kondisi ini mengakibatkan sel darah merah rusak, menyebabkan pendarahan dan masalah pada hati dan tekanan darah.

Nama sindrom ini merupakan akronim dari tiga kelainan utama yang terlihat pada analisis laboratorium, yaitu:

  • H untuk hemolisis: mengacu pada pemecahan sel darah merah. Pada individu dengan hemolisis, sel darah merah rusak terlalu cepat. Hal ini bisa menyebabkankadar sel darah merah rendah dan akhirnya bisa menyebabkan anemia, yaitu suatu kondisi dimana darah tidak membawa cukup oksigen ke seluruh tubuh.
  • EL untuk enzim hati yang meningkat (elevated liver enzymes): menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi dengan baik. Sel hati yang meradang atau terluka mengeluarkan sejumlah besar bahan kimia tertentu, termasuk enzim ke dalam darah.
  • LP untuk jumlah trombosit rendah (low platelet count): trombosit merupakan komponen darah yang membantu pembekuan. Saat kadar trombosit rendah, seseorang mengalami peningkatan risiko pendarahan yang berlebihan.

Kondisi ini umumnya berkembang saat trimester akhir kehamilan, tetapi bisa juga terjadi lebih awal atau setelah persalinan. Sindrom HELLP merupakan penyakit langka yang memengaruhi kurang dari 1 persen dari seluruh kehamilan. Namun, sindrom ini bisa mengancam nyawa ibu dan janinnya.

6 Fakta Sindrom HELLP, Kelainan Hati dan Darah pada Ibu Hamil

1. Preeklamsia adalah faktor risiko terbesar sindrom HELLP

Penyebab pasti sindrom HELLP masih belum diketahui. Namun, beberapa faktor bisa meningkatkan risiko ibu mengalami sindrom ini.

Melansir Healthline, preeklamsia adalah faktor risiko terbesar sindrom HELLP. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi, yang biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Meski begitu, preeklamsia juga bisa muncul lebih awal atau pascapersalinan (tetapi jarang terjadi).

Perlu diketahui bahwa tidak semua ibu hamil dengan preeklamsia pasti akan mengembangkan sindrom HELLP. Faktor risiko lain sindrom ini meliputi:

Usia ibu hamil di atas 35 tahun
Mengalami kelebihan berat badan
Ras Afrika-Amerika
Punya diabetes atau penyakit ginjal
Mengalami darah tinggi
Memiliki riwayat preeklamsia
Ibu hamil juga lebih berisiko mengalami sindrom HELLP jika pernah mengalami sindrom ini pada kehamilan sebelumnya. Sebuah studi menunjukkan bahwa risiko kekambuhan gangguan hipertensi, termasuk preeklamsia dan sindrom HELLP, pada kehamilan mendatang semakin besar, yaitu sekitar 18 persen.

2. Sakit perut, mual, dan muntah adalah gejala umum sindrom HELLP

Melansir Healthline, gejala sindrom HELLP sangat mirip dengan flu perut atau gastroenteritis. Gejala tersebut kemungkinan terlihat seperti gejala kehamilan yang normal. Namun, sebaiknya segera periksa ke dokter jika mengalami seperti flu perut selama kehamilan, karena hanya dokter yang bisa memastikan apakah gejala yang dialami menandakan masalah kesehatan serius atau tidak.

Gejala sindrom HELLP bisa berbeda-beda pada setiap individu. Namu, gejala umumnya meliputi:

Merasa tidak sehat atau kelelahan
Sakit perut, terutama pada bagian perut bagian atas
Mual
Muntah
Sakit kepala
Ibu hamil yang mengalami sindrom HELLP kemungkinan juga akan mengalami:

Bengkak, terutama pada bagian wajah atau tangan
Kenaikan berat badan yang berlebihan dan tiba-tiba
Penglihatan kabur, kehilangan penglihatan, atau perubahan penglihatan lainnya
Sakit bahu
Nyeri saat menarik napas dalam
Dalam kasus sindrom HELLP yang jarang terjadi, penderitanya kemungkinan juga akan mengalami kebingungan dan kejang. Tanda dan gejala ini umumnya menunjukkan bahwa sindrom HELLP sudah dalam kondisi lanjut dan harus segera dievaluasi oleh dokter.

3. Sindrom HELLP bisa menyebabkan gagal ginjal akut, edema paru, hingga kematian ibu dan janin

Sindrom HELLP yang tidak terdiagnosis atau tidak segera ditangani bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa ibu dan janinnya.

Melansir Healthline dan American Pregnancy Association, komplikasi dan risiko yang paling serius dari sindrom HELLP yaitu meliputi:

  • Ruptur hepar
  • Gagal ginjal akut
  • Gagal napas akut
  • Cairan di paru-paru (edema paru)
  • Pendarahan berlebihan saat persalinan
  • Solusio plasenta, terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim sebelum bayi lahir
  • Stroke
  • Koagulasi intravaskuler diseminata
  • Pertumbuhan janin terhambat (intrauterine growth restriction)
  • Sindrom gangguan pernapasan bayi (gagal paru)
  • Kematian

Angka kematian ibu yang mengalami sindrom HELLP yaitu sekitar 1,1 persen, sementara angka morbiditas bayi berkisar antara 10 hingga 60 persen. Ini bergantung pada banyak faktor, seperti kehamilan, tingkat keparahan gejala, dan ketepatan pengobatan.

Namun, beberapa komplikasi bisa terjadi bahkan dengan pengobatan. Selain itu, gejala sindrom HELLP juga bisa memengaruhi ibu dan bayinya setelah melahirkan.

4. Diagnosis sindrom HELLP

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes bila ibu hamil dicurigai memiliki sindrom HELLP. 

Selama pemeriksaan, dokter kemungkinan akan memeriksa apakah pasien mengalami nyeri perut, hati yang membesar, dan pembengkakan yang berlebihan. Ini bisa menjadi tanda adanya masalah hati. Dokter juga akan memeriksa tekanan darah pasien.

Beberapa tes yang bisa membantu dokter menegakkan diagnosis di antaranya:

  • Tes darah untuk mengevaluasi kadar trombosit, enzim hati, dan jumlah sel darah merah
  • Tes urine untuk memeriksa protein abnormal
  • MRI untuk menentukan apakah ada pendarahan di hati

5. Persalinan merupakan cara terbaik untuk mencegah komplikasi

Setelah sindrom HELLP terdiagnosis, persalinan adalah cara terbaik untuk mencegah komplikasi, karena ini akan menghentikan perkembangan penyakit. Namun, dalam banyak kasus bayi akan terlahir prematur.

Perawatan yang diberikan dokter bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan gejala dan seberapa dekat pasien dengan waktu persalinannya. Jika gejala sindrom HELLP ringan atau janin berusia kurang dari 34 minggu, maka dokter kemungkinan akan merekomendasikan:

Transfusi darah untuk mengobati anemia dan kadar trombosit yang rendah
Magnesium sulfat untuk mencegah kejang
Obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah
Obat kortikosteroid untuk membantu paru-paru janin matang jika diperlukan persalinan dini
Selama perawatan, dokter akan memantau sel darah merah, trombosit, dan tingkat enzim pasien. Kesehatan janin juga akan diawasi dengan ketat. Dokter mungkin juga akan merekomendasikan tes pranatal tertentu yang mengevaluasi gerakan, detak jantung, stres, dan aliran darah. Pasien akan dirawat inap dengan pemantauan ketat.

Pasien kemungkinan juga akan diberi obat untuk membantu menginduksi persalinan jika dokter menemukan bahwa kondisi pasien membutuhkan persalinan segera. Dalam beberapa kasus, persalinan sesar kemungkinan diperlukan. Namun, ini bisa menyebabkan komplikasi bila pasien memiliki masalah pembekuan darah yang berhubungan dengan rendahnya kadar trombosit.

6. Prospek jangka panjang sindrom HELLP

Kebanyakan perempuan dengan sindrom HELLP akan sembuh total jika kondisinya ditangani sedini mungkin. Gejala juga akan membaik setelah persalinan. 

Sebagian besar gejala dan efek samping juga akan hilang dalam beberapa hari hingga minggu setelah persalinan. Penting untuk kontrol dokter setelah melahirkan untuk evaluasi.

Mungkin kekhawatiran dari sindrom ini adalah dampaknya pada bayi, karena sebagian besar bayi dilahirkan lebih awal, sehingga sering kali ada risiko komplikasi yang lebih besar akibat persalinan prematur. Bayi yang lahir sebelum 37 minggu akan dipantau dengan ketat di rumah sakit sebelum mereka dibawa pulang.

Itulah fakte seputar sindrom HELLP, gangguan hati dan darah pada ibu hamil. Bila kamu mengalami gejala-gejalanya dan memiliki faktor risikonya, segera konsultasi ke dokter. Rutinlah memeriksakan kehamilan agar bila mengembangkan sindrom ini, maka bisa terdeteksi sedini mungkin.

baca juga : Cegah Anemia, Ini 5 Buah Dan Sayur Yang Tinggi Zat Besi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *