JuraganQQLounge – Ini 10 Alasan Umum Mengapa Kamu atau Pasangan Menangis Usai Bercinta.
Pernahkah kamu atau pasangan tiba-tiba saja menangis setelah bercinta? Kalau ya, tenang saja, ini adalah hal yang cukup normal dan dialami oleh banyak orang lainnya di muka bumi ini. Agen Poker
Secara klinis, kondisi ini disebut dengan istilah PCD (Postcoital Dysphoria) atau PCT (Postcoital Tristesse). Gejala yang meliputi PCD antara lain adalah menangis, sedih, atau justru lebih cepat merasa marah bahkan sekalipun seks yang dilakukan memuaskan.
PCD pun tak harus melibatkan orgasme dan siapa saja bisa mengalaminya. Penelitian mengenai hal ini cukup terbatas, tetapi sebuah studi di tahun 2005 yang melakukan survei terhadap 230 wanita heteroseksual menemukan bahwa PCD cukup lazim.
Selain itu, sebuah kuesioner anonim untuk keperluan studi di tahun 2018 menemukan bahwa 41 persen dari 1.208 laki-laki juga mengalami PCD. Bahkan, sebanyak hampir 4 persen mengatakan bahwa hal tersebut cukup rutin terjadi.
Lalu, apa saja sebetulnya seseorang bisa memberikan ekspresi emosional tersebut setelah bercinta? Berikut ini Alasan Umum Mengapa Kamu atau Pasangan Menangis Usai Bercinta.
1. Kebahagiaan
Kumpulan emosi dapat menimbulkan tangisan dan hei, hal tersebut tak selalu buruk. Kamu juga tentu pernah mengalami atau menyaksikan tangisan yang dipicu oleh rasa bahagia atau terharu seperti saat di sebuah pernikahan atau sekadar lulus tes setelah usaha yang maksimal, bukan? Pun dengan seks, bisa jadi tangisanmu atau pasangan disebabkan besarnya cinta yang dirasakan atau bahkan sekadar mengalami seks yang terbaik sepanjang waktumu sampai saat ini.
2. Respons biologis
Diperkirakan sekitar 32 sampai 46 persen wanita mengalami PCD, tetapi tak banyak riset yang mengupas apa faktor penyebabnya. Well, dugaan terkait hal ini adalah karena perubahan hormon yang terjadi saat melakukan hubungan seksual sehingga membangunkan emosi yang intens. Sebuah studi tahun 2013 di US National Library of Medicine memperlihatkan bahwa menangis juga dapat menjadi salah satu mekanisme alami tubuh untuk mengurangi ketegangan dan rangsangan fisik yang intens.
3. Kecemasan
Menangis adalah reaksi natural terhadap stres, rasa takut, dan kecemasan. Saat bercinta pun, rasa cemas itu tak mudah untuk dikesampingkan begitu saja sehingga saat tubuh melakukan seks, pikiranmu atau dia tak berada di tempat yang sama. Selain itu, boleh jadi kecemasan tersebut timbul berkaitan dengan performa di ranjang seperti misal kamu atau dia yang khawatir apakah yang dilakukan memuaskan pasangan.
4. Depresi
Menangis yang terlalu sering bisa jadi tanda depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya yang perlu untuk segera dibahas dan dirawat. PCD juga akan lebih tinggi dialami oleh mereka yang mengalami depresi pascapersalinan karena fluktuasi kadar hormon yang cepat. Adapun beberapa gejala depresi lainnya antara lain:
- kesedihan;
- frustrasi atau kemarahan;
- kecemasan;
- sulit tidur, selalu merasa lelah;
- kehilangan fokus dan memori;
- perubahan nafsu makan;
- rasa nyeri pada tubuh yang tak dapat dijelaskan; dan
- kehilangan gairah atau ketertarikan terhadap hal-hal yang normal dan disukai termasuk seks.
5. Kebingungan
Kebingungan setelah atau bahkan saat sedang melakukan hubungan intim bukanlah sesuatu yang tak lazim. Seperti contoh, saat dia melakukan hal-hal yang tak kamu sukai padahal kamu telah mengatakan dan mengingatkannya? Atau saat kamu mengira sudah berlaku maksimal dan memberikan kenikmatan luar biasa, tetapi dia jelas-jelas menunjukkan ketidakpuasan atau bahkan marah? Selain itu, isu yang belum selesai dalam hubunganmu dan dia pun dapat menjadi pemicu luapan emosi saat bercinta.
6. Malu atau merasa bersalah
Ada banyak hal yang membuat rasa malu atau bermasalah muncul dalam seks dan menimbulkan emosi berupa tangisan setelahnya. Seperti contoh, adanya masalah body issueyang membuat rasa tak percaya diri, merasa tak nyaman dengan seks yang dirasa terlalu ‘liar’, dan sebagainya. Di samping itu, rasa malu atau bersalah juga mungkin timbul akibat adanya percakapan atau isu tak menyenangkan yang terjadi dalam hubungan kalian dan ikut terbawa sampai ke ranjang.
7. Rasa sakit
Penjelasan penyebab rasa sakit yang dialami saat seks sangat beragam seperti berikut ini:
- kurangnya pelumasan;
- trauma atau adanya iritasi pada genital;
- infeksi pada vagina atau saluran kemih;
- eksim atau kondisi kulit lain di area genital;
- vaginismus; dan
- kelainan bawaan.
Rasa sakit saat melakukan hubungan seks dapat ditangani sehingga perlu untuk diperiksakan. Tentu saja, mengomunikasikan dengan pasangan mengenai hal ini tak kalah penting agar masing-masing tetap dapat menikmati bercinta dengan nyaman.
8. Terpicu trauma
Bila kamu atau dia pernah mengalami kekerasan seksual, beberapa posisi atau gerakan dapat memicu kenangan buruk tersebut. Merasa rapuh dan air mata pun jadi tak terbendung dan sangat dapat dipahami. Namun bila hal ini menjadi problem yang cukup sering terjadi, tak ada salahnya untuk rehat sejenak dari aktivitas seks dan coba memulihkan kondisi dengan bantuan terapis profesional.
9. Terbawa suasana atas skenario
Apakah kamu baru saja ‘bermain peran’ atau berfantasi sepanjang seks? Well, skenario semacam ini dapat meningkatkan ketegangan dan menciptakan emosi yang jadi seperti roller coaster, alias naik dan turun. Kamu pun jadi harus cepat-cepat kembali ke kesadaran awal setelah sibuk dengan peran atau fantasi yang dialami dan tak jarang, air mata jadi ikut terjatuh karena terbawa suasana.
10. Respons atas reaksi tubuh
Boleh pula tangisan yang terjadi setelah seks adalah sebagai bentuk respons atas reaksi tubuh seperti karena kamu atau dia baru saja mengalami orgasme terbaik yang pernah dialami. Atau bahkan, bisa jadi baru kali ini mengalami orgasme berkali-kali. Namun, tak menutup kemungkinan bahwa luapan emosi ini juga merupakan bentuk kekecewaan karena seks yang dialami tak sesuai dengan yang diharapkan.
Seks tak selalu berakhir dengan menyenangkan dan memuaskan, tetapi bukan berarti pula setiap tangisan perlu diartikan sebagai sesuatu hal yang buruk dan menjadi kesalahanmu. Kuncinya adalah komunikasikan dengan dia, ya!
Baca Juga : Penyebab Lelah Dan Malas Berhubungan Seks