5 Fakta Ilmiah Petir Gunung Berapi, Pernahkah kamu melihat petir saat gunung berapi meletus? Fenomena alam ini sering terjadi saat erupsi. Petir gunung berapi adalah pelepasan muatan listrik yang disebabkan oleh letusan gunung berapi. AGEN POKER
Dilansir dari laman worldatlas.com, tidak seperti badai petir biasa, sambaran petir bisa terbentuk sebelum kristal es terbentuk di awan. Ada beberapa fakta yang tidak banyak orang ketahui mengenai muatan listrik dan terbentuknya peristiwa ini. Berikut beberapa fakta yang menarik untuk dikaji.
5 Fakta Ilmiah Petir Gunung Berapi
1. Penyebab terjadinya petir
Petir vulkanik tidak terbentuk jauh di dalam kerak bumi, melainkan pada gumpalan vulkanik. Petir ini terjadi saat fase aktif erupsi dan lebih sering terjadi pada letusan dengan gumpalan abu besar. Lava menghasilkan gradien suhu yang signifikan. Ketika lava mencapai permukaan, ia meletus melalui titik-titik lemah. Selain itu, ketika gunung berapi meletus, lava yang biasanya berupa abu dan jelaga menghasilkan muatan partikel yang menjadi petir. Badai petir dengan intensitas tinggi dihasilkan selama letusan gunung berapi besar.
2. Tahap produksi petir vulkanik
Para ilmuwan telah mengidentifikasi dua fase produksi petir selama letusan hebat. Tahap pertama disebut fase erupsi yang terjadi setelah kawah meletus. Fase letusan petir disebabkan oleh lontaran partikel yang bermuatan positif. Tahap kedua bernama fase bulu-bulu abu yang memecah dan menabrak partikel-partikel abu vulkanik yang menghasilkan listrik statis.
Partikel abu biasanya diisi dan bertabrakan memisahkan muatan. Berbagai proses termasuk penyortiran aerodinamis dapat memisahkan muatan positif dan negatif. Setelah pemisahan muatan terlalu kuat, listrik mengalir menghasilkan petir yang memisahkan kedua muatan.
3. Mekanisme pengisian listrik pada petir
Ada tiga mekanisme pengisian aliran listrik yang memicu petir vulkanik. Mekanisme pertama adalah pengisian es. Pengisian es merupakan mekanisme badai elektrifikasi dari plume vulkanik. Badai petir biasanya terjadi melalui pengisian es karena awan dialiri listrik oleh benda-benda lain dan bertabrakan dengan kristal es. Mekanisme kedua terjadi karena pengisian gesekan.
Muatan listrik terjadi ketika abu, partikel es, dan fragmen batuan dalam plume vulkanik bertabrakan dan menghasilkan listrik statis. Kegiatan ini biasanya memicu gangguan listrik. Sedangkan mekanisme terakhir disebut pengisian radioaktif. Pengaruhnya diyakini memiliki dampak minimal pada pengisian plume vulkanik, radioisotop dalam batuan yang dikeluarkan dapat mempengaruhi pengisian partikel listrik.
4. Pengaruh ketinggian abu vulkanik pada petir
Ketinggian bulu abu gunung berapi secara langsung terkait dengan mekanisme yang menghasilkan kilat gunung berapi. Dalam gumpalan abu yang lebih pendek, sebagian partikel mendapatkan muatannya dari proses fregmentasi batuan di dekat lubang gunung berapi. Proses ini dikenal dengan sebutan frisiasi. Konsentrasi uap air yang tinggi dalam abu yang lebih tinggi berkontribusi terhadap aktivitas petir. Jadi, petir pada gunung berapi berpotensi terjadi pada letusan gunung yang dahsyat. Petir ini pun terjadi secara intensif pada gunung dengan letusan yang besar.
5. Pengaruh suhu atmosfer terhadap pembentukan petir
Suhu atmosfer memainkan peran penting dalam pembentukan petir. Temperatur yang sangat dingin membantu mengembunkan uap air di plume gunung berapi sebelum membekukan partikel air menjadi es. Suhu dingin juga meningkatkan pengisian es yang menghasilkan lebih banyak aktivitas antara partikel-partikel yang memicu muatan listrik. Hal ini juga memberikan peningkatan pada pengisian gesekan. Akibat suhu dingin interaksi antara abu vulkanik dan partikel es menghasilkan listrik statis. Aktivitas petir meningkat jika abu vulkanik naik di atas titik beku.
Nah, akta-fakta menarik ini harus kamu ketahui mengingat Indonesia dikelilingi oleh banyak gunung berapi. Menambah ilmu pengetahuan tentang kebumian dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap fenomena alam yang terjadi.
SUMBER : JURAGANQQ
BACA JUGA :