JuraganQQLounge — 6 Dampak Buruk di Sosmed Bagi Psikologi Kita !,Saat ini, memiliki akun media sosial seakan menjadi kebutuhan semua orang. Bahkan tiap individu pada umumnya memiliki lebih dari satu akun media sosial. Memang, media sosial menyediakan segudang manfaat bagi penggunanya, misalnya agar tetap terhubung dengan kawan lama, mendapatkan informasinya terkini, dan sebagainya.
Sayangnya, terkadang penggunaan media sosial yang tidak tepat justru berpotensi merusak kesehatan psikologi. Terbukti, beberapa orang dilaporkan bunuh diri akibat media sosial.
Untuk itu, kita perlu menjauhi aktivitas di media sosial yang berpotensi merusak kesehatan psikologi, Berikut 6 Dampak Kebiasaan Buruk di Sosmed Bagi Psikologi menurut Agenpoker.
1. Mengikuti akun-akun toxic
Terlalu sering stalking akun-akun toxic, seperti selebriti atau influencer yang suka memamerkan kehidupannya bisa membuatmu merasa tidak sekeren orang lain. Melansir dari laman Psychology Today, individu yang terlalu lama mengamati media sosial orang lain secara alami cenderung suka melakukan perbandingan sosial. Hal tersebut kemudian akan mendorong pemikiran bahwa hidupmu tidak sebaik orang lain, dan kamu tidak cukup melakukan usaha sehingga levelmu berada di bawah orang lain.
Selain itu, menurut penelitian dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, menemukan bahwa pengguna Facebook kronis cenderung berpikir bahwa orang lain menjalani hidup yang lebih bahagia daripada hidup mereka sendiri, yang kemudian membuat mereka merasa bahwa hidup ini tidak adil.
2. Menggunakan media sosial untuk stalking mantan
Media sosial dapat membuat kamu tetap terhubung dan mengetahui kabar orang-orang yang kamu kenal, termasuk mantan. Sayangnya, terlalu sering mengintip media sosial mantan bukanlah hal yang baik. Sebab hal ini bisa jadi membuatmu lebih sulit melupakan masa lalu. Bahkan tak jarang orang-orang justru merasa kecewa saat mengetahui bahwa mantan justru lebih bahagia dengan kehidupannya saat ini.
Pengguna Facebook yang mengunjungi halaman Facebook mantan pasangannya melaporkan bahwa mereka mengalami gangguan pemulihan emosional pasca putus dan tingkat stres yang lebih tinggi. Bahkan efek dari pengawasan online ternyata jauh lebih buruk daripada kontak offline.
3. Mengawasi media sosial pasangan atau bertukar password
Sebagian pasangan suami istri atau bahkan yang masih berpacaran mungkin sangat mengawasi aktivitas pasangannya di media sosial bahkan hingga bertukar password untuk mengetahui gerak gerik pasangan dan mencegah perselingkuhan. Hal ini mungkin nampaknya positif, padahal kenyataannya adalah sebaliknya.
Menurut buku Facebook and Your Marriage, kebiasaan mengawasi media sosial pasangan justru seringkali menimbulkan kecemburuan, rasa iri hati, dan bahkan kecurigaan yang tidak beralasan.
4. Terobsesi dengan jumlah like
Terlalu mempedulikan jumlah like di media sosial bisa sangat merusak kesehatan psikologi, bahkan finansial. Hal tersebut bisa membuatmu tanpa sadar sering makan menu yang sedang viral, makan di restoran mewah, membeli pakaian mahal, dan berlibur ke luar negeri hanya demi mendapatkan like yang banyak. Padahal di sisi lain, kebiasaan tersebut justru membuatmu harus menguras tabungan, bahkan berutang.
Ditambah, biasanya kamu sudah cukup bahagia karena bisa makan makanan favoritmu atau berlibur dan nongkrong bersama orang-orang terdekatmu. Percayalah, bukannya membuat bahagia, kebiasaan ini justru akan membuatmu mengalami masalah psikologis karena terlalu mengikuti standar orang lain.
5. Membandingkan hidupmu dengan kawan lama
Media sosial juga kerap dimanfaatkan oleh orang-orang untuk mengetahui kabar dari kawan-kawan lama, termasuk orang yang pernah dianggap sebagai musuh. Sayangnya, kadang kala saat orang lain memposting hal yang membahagiakan, bukannya bahagia, kita justru menjadi iri dan membandingkan diri kita dengan orang lain. Bahkan merasa bahwa hidup yang kita jalani tidak seberuntung dan sebahagia orang lain.
Percayalah, sebagian besar pengguna media sosial hanya akan berbagi momen terbaik dan paling bahagia di media sosialnya. Orang-orang sangat jarang atau bahkan tidak pernah berbagi masalah-masalah mereka di media sosial. Jadi apa yang selama ini kamu lihat sebagai kesempurnaan pada kenyataannya hanyalah ilusi semata.
6. Menjadi pengguna media sosial yang pasif
Sebuah studi yang diterbitkan di Computers in Human Behavior menunjukkan adanya hubungan antara keaktifan di media sosial dengan kepuasan menggunakan media sosial. Pengguna media sosial yang melakukan aktivitas seperti memposting, memberikan like, komentar, dan membagikan suatu postingan memiliki pengalaman online yang lebih baik daripada penggunaan yang hanya men-scroll media sosial tanpa memberikan respons, seperti like, komentar, atau membagikan suatu postingan.
Sekarang kamu sudah tahu kebiasaan apa saja di media sosial yang berisiko merusak kesehatan psikologi. Jika kamu masih melakukan hal-hal di atas, yuk segera berubah agar kamu tidak terkena 6 Dampak Buruk menggunakan media sosial .