China Bikin Chip Otak Saingi Neuralink Elon Musk. Menjadi salah satu negara yang tengah melakukan penelitian pembuatan ‘chip otak’ manusia. Teknologi brain-computer interface (BCI) di masa depan di harapkan memungkinkan. Penggunanya untuk mengendalikan lengan mekanis atau kursor pada komputer hanya melalui pikiran.
Baru-baru ini, peneliti di China melakukan sebuah inovasi pada proses penelitiannya. Mereka menggunakan metode rekayasa genetika dalam proses pembuatan BCI. Langkah ini di nilai dapat meningkatkan kualitas transmisi sinyal otak pada komputer yang nantinya di gunakan.
Mereka mengatakan inovasi yang di buat dapat meningkatkan stabilitas jangka panjang yang lebih baik dari BCI milik mereka. Terlebih, percobaan BCI Neuralink milik Elon Musk yang di berikan pada seorang pasien sempat mengalami penurunan fungsionalitas kurang dari sebulan pasca operasi, meskipun akhirnya bisa di perbaiki.
“Pengembangan elektroda saraf yang biokompatibel melalui rekayasa struktural untuk meminimalkan penolakan jaringan dan meningkatkan stabilitas jangka panjang BCI,” kata salah satu penulis studi Fang Ying di kutip dari SCMP, Rabu (4/9/2024).
Meski pendekatan yang di lakukan masih mirip dengan chip otak Neuralink, Fang dalam percobaannya pada tikus menggunakan elektroda setebal 3 mikron terbuat dari polimer yang fleksibel dan biokompatibel. Elektroda tersebut memiliki delapan gigi yang terdistribusi secara merata dengan 120 elektroda perekaman dan referensi, yang masing-masing berfungsi sebagai ‘mikrofon’ untuk mengumpulkan sinyal neuron.
ELEKTRODA POLIAMIDA
Salah satu penulis menuturkan berdasarkan penelitian dan pengujian bertahun-tahun, elektroda poliamida dapat mentransmisikan sinyal secara stabil lebih dari satu tahun secara in vivo.
Inovasinya dengan melapisi elektroda memakai lapisan pembawa obat yang mengandung sekuens genetik RNA kecil yang di lepaskan setelah implantasi. Ini untuk memengaruhi sel saraf dan sel lain di sekitarnya.
“Kita mematikan gen tertentu secara tepat, misalnya PTEN dalam sel saraf di sekitar perangkat BCI yang di tanamkan. Penurunan regulasi tersebut menyebabkan pembesaran sel saraf di antarmuka elektroda-jaringan. Ini berdampak positif pada kesehatan saraf dan berpotensi meningkatkan kinerja BCI,” kata salah satu penulis korespondensi studi, Tian Huihui.
Kondisi ini meningkatkan jumlah neuron dekat elektroda secara signifikan sehingga meningkatkan kualitas sinyal yang di kumpulkan. Ini sangat bermanfaat untuk decoding sinyal saraf selanjutnya dalam penggunaan BCI.
Pada percobaan tersebut mereka menemukan bahwa jumlah neuron pada otak tikus mengalami peningkatan secara signifikan dan aktivitas saraf menjadi lebih sering terjadi pada sisi otak tempat gen tersebut di matikan.
Meskipun menunjukkan hasil positif, penelitian ini di khawatirkan bertentangan pada masalah keamanan dan etika. Ini mungkin mencegah penelitian lebih lanjut pada hewan yang lebih besar seperti kera, apalagi modifikasi genetik otak pada manusia.
Peneliti yakin bahwa metode yang mereka temukan dapat memperluas penggunaan rekayasa genetika dalam pembuatan BCI.
“Sistem kami memiliki janji yang signifikan dalam aplikasi klinis, terutama di bidang rekayasa genetika yang sangat tepat,” kata Fang.