Juraganqq Lounge – BandarQ Sampah adalah salah satu penyebab dari rusaknya lingkungan, terutama sampah plastik. Peringatan tentang bahaya sampah plastik sebenarnya sudah ada sejak awal 1970-an.Maka dari itu daur ulang sampah plsatik sangat dibutuhkan saat ini.
Sayangnya, pesan ini hanya memicu segelintir reaksi dari komunitas ilmiah. Sampah plastik memang meninggalkan banyak masalah. Saat ini, sebagian lautan dan daratan di bumi sudah tercemar sampah plastik yang memang bersifat susah untuk diuraikan.
Namun banyak juga solusi yang ditawarkan untuk mengurangi sampah plastik, salah satunya daur ulang. Baru-baru tetangga kita ini Timor Leste akan menjadi negara pertama di dunia yang mendaur ulang seluruh sampah plastiknya, seperti yang Liputan6.com lansir dari The University of Sydney, Rabu (22/5/2019).
Bekerjasama dengan tim peneliti dari Australia, Timor Leste akan membangun fasilitas daur ulang revolusioner. Bersama Australia, Timor Leste membangun fasilitas daur ulang revolusioner senilai USD 40 juta atau kurang lebih sekitar Rp 581 miliar.
Fasilitas itu akan menjamin tak ada plastik yang menjadi sampah di Timor Leste. Sampah plastik ini juga akan diubah menjadi produk baru.
Akan Dimulai Tahun Depan
Pabrik non-profit bersama Mura Teknologi diberi nama RESPECT. Pembangunan pabrik ditargetkan dimulai pada akhir 2020. Salah satu penemu teknologi daur ulang yang bekerja di Mura, Thomas Maschmeyer menyebut pembangunan RESPECT adalah sebuah revolusi besar untuk permasalahan sampah plastik
“Di negara kecil ini kami dapat membuat pernyataan bahwa mereka akan jadi negara plastik netral pertama di dunia, dan negara ini berada di wilayah polusi sampah plastik terbesar di dunia,” kata Maschmeyer, seperti yang Liputan6.com lansir dari Reuters, Rabu (22/5/2019).
Diketahui, China, Indonesia, Vietnam, serta Filipina menjadi negara penyumbang sampah plastik terbesar di Asia. Timor Leste sendiri memiliki populasi 1,3 juta jiwa dan turut menghasilkan kurang lebih 70 ton sampah plastik per hari.
Maschmeyer mengatakan di pabrik RESPECT mereka menggunakan teknologi kimia untuk mengubah plastik menjadi cairan atau gas tanpa menambahkan minyak mineral. Hal ini belum pernah dilakukan pihak manapun.