8 Tanda Kekasihmu Memiliki Kecerdasan Emosional yang Rendah!
BERITA UNIK

8 Tanda Kekasihmu Memiliki Kecerdasan Emosional yang Rendah!

Juraganqq Lounge – 8 Tanda Kekasihmu Memiliki Kecerdasan Emosional yang Rendah!

Dapat menemukan pasangan yang memiliki kecerdasan emosional di atas rata-rata menjadi impian kita tentunya! Agen Poker

Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence) adalah kemampuan untuk menyadari bahwa perlunya mengendalikan dan mengekspresikan emosi sewajarnya, serta mampu mengendalikan hubungan yang penuh dengan pergolakan emosi. Maka dibutuhkan kemampuan untuk mengkomunikasikannya secara tepat.

Tanpa kemampuan ini, kita pada dasarnya adalah orang yang belum matang secara emosional dan belum bertanggungjawab atas diri kita sendiri. Bayangkan bila kita berurusan dengan orang yang kedewasaannya seperti remaja yang bergejolak secara emosi atau “ngambekan” . Itu semua bukanlah fondasi untuk sebuah hubungan yang sehat.

Yuk, kenali secara dini beberapa tanda dari kecerdasan emosional di bawah rata-rata yang dapat ditemui di hubungan kamu atau sekitar.  

Berikut 8 Tanda Jika Kekasihmu Memiliki Kecerdasan Emosional yang Rendah!

1. Mereka selalu membawa fokus pembicaraan kepada diri mereka

Perhatikan style percakapan mereka. Tanda yang paling mudah terdeteksi adalah ketika mereka mendominasi percakapan atau mendorong fokus setiap topik, tidak peduli topik tersebut tidak berkaitan, tapi percakapan kembali membahas mengenai diri mereka. Dan jenis yang paling canggih lainnya yaitu mereka tampak mendengarkan dengan seksama dan mengajukan pertanyaan.

Tentu saja berbagi pengalaman sendiri dapat menunjukkan landasan kebersamaan dan memelihara empati. Namun, jika itu mengenai diri mereka yang menjadi pusat topik atau membuktikan bahwa mereka sudah lebih baik atau lebih buruk, maka tidak masalah seberapa banyak pertanyaan atau seberapa keras mereka mendengarkan, karena fokusnya masih pada mereka.  

2. Mereka suka menjadi pusat perhatian

Banyak orang yang sederhananya mengasumsikan bahwa kebaikan dilakukan agar memperoleh rasa hormat, perhatian atau lainnya. Misalkan seseorang yang memberikan sumbangan untuk pengemis yang mereka temui dijalanan cenderung memiliki kecerdasan emosional di bawah rata-rata.

Apalagi mereka mengalasankan “Saya melakukannya agar mereka lebih peduli atau lebih hormat lagi kepada kita nantinya”. Seolah-olah tindakan mereka agar terlihat lebih baik daripada orang sekitar. 

3. Mereka terlibat “toxic positivity”

Tentunya ada berbagai manfaat menjadi seorang opstimis, misal bisa memperoleh keberuntungan dan menginspirasi banyak orang. Namun, untuk memberitahu orang lain untuk sekedar berpikir positif atau menghapus pikiran negatif mereka malah menjadi penyebab kecemasan dan depresi mereka semakin meningkat.

Kehidupan dan sifat manusia terdiri atas warna gelap dan terang, dan berpura-pura tidak pernah ada kegelapan merupakan sebuah penghindaran diri dari pengalaman hidup. Seseorang yang memaksa toxic positivity menjadi penyebab orang lain tidak bisa menghadapi berbagai spektrum emosi dan pengalamannya sebagai manusia.

Tanda-tanda lainnya seperti mereka menertawakan seseorang yang terlalu sensitif, padahal respon emosional tersebut sudah tepat, atau ketika mereka bersikap baik padahal wajar untuk marah.

4. Mereka tidak menjaga komitmen

Kemampuan untuk berkomunikasi secara instant apalagi berterimakasih melalui smartphonesudah sulit dilakukan sekarang ini. Meskipun dapat kita maklumi ketika seseorang membatalkan janji karena alasan gugup, namun jika terus-terusan mengabari di menit-menit terakhir tanpa mempedulikan alasan mereka, ini berarti mereka rendah dalam kecerdasan emosional.

Mereka tidak memiliki perasaan diri yang kuat atau perlindungan privasi untuk menolak ajakan, atau mereka perlu memberitahu kamu sebelumnya dengan sopan bahwa mereka tidak bisa melakukan rencana tersebut.  

5. Mereka tidak memiliki persahabatan sejati

Bukan hal yang aneh bagi seseorag dengan EQ yang di bawah rata-rata atau sekedar mengatakan hal-hal seperti “Saya punya sedikit teman atau tidak memiliki teman”. Barangkali mereka juga memberikan alasan seperti mereka pendatang baru, atau selalu menyalahkan orang lain karena karakter mereka. Atau sebaliknya, seringkali “teman baik” tidak mengenal mereka sebenarnya.

6. Mereka harus memenangkan setiap argumen dengan segala cara

Paulho Cuelho menuliskan bahwa kadang kita cenderung gigih dalam hal meyakinkan seseorang ketika perbedaan pandangan sangat kentara terjadi agar mereka sepandangan dengan kita. Ini menunjukkan bahwa kita merasa tidak nyaman dengan keraguan pandangan yang kita miliki, meskipun tergolong normal, namun ini tanda jelas dari EQ yang di bawah rata-rata.

Mungkin bisa dipahami jika seseorang hanya menunjukkan penguasaan dalam satu atau dua topik yang mereka rasa kuat, tetapi jika mereka harus memenangkan argumen dengan segala cara maka itu tanda jelasnya. Mereka juga mustahil untuk setuju bahkan tidak sejutu, karena memiliki perspektif berbeda tidak tertahankan atau membuat mereka lebih rendah. 

7. Mereka mengkritik semua orang kecuali diri mereka sendiri 

Seseorang sering berbicara tentang kekurangan orang lain tanpa memiliki kesadaran diri, kemungkinan besar kecerdasan emosional mereka di bawah rata-rata. Karena ketika kamu memiliki emosi yang baik, kamu mampu melihat diri dengan jelas dan berempati terhadap orang lain.

Selalu menyalahkan dunia dan menyoroti kekuatan karakter diri adalah tanda jelasnya. Sekalipun seseorang mampu mengakui kesalahannya sendiri, namun perhatikan apakah pengakuan ini hanya kedok untuk tampil seolah-olah mereka rendah hati.

8. Mereka menyampaikan saran dan pendapat tanpa diminta

Kita semua mampu mengenali orang yang selalu memberikan saran dan pendapatnya mengenai segala hal tanpa diminta. Meskipun mungkin bermanfaat memiliki seseorang di dalam hidup ini yang bersedia untuk memperingatkan kita. Namun, itu melelahkan ketika kebutuhan mereka untuk mengekspresikan pikiran mereka tentang hidup kamu lebih penting daripada perasaan atau apa yang kamu pikirkan dan hadapi.

Meskipun mungkin akan tampak selaras dengan masalahmu, ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi secara tepat dengan kamu, menanyakan perasaanmu, mengukur keterbukaan kamu terhadap saran, dan menerima ketika kamu tidak terbuka untuk nasehat, menunjukkan kurangnya inti pemahaman dan emosi mereka terhadap kamu. 

Sekarang tidak ada yang mengatakan bahwa seseorang dengan kecerdasan emosional di bawah rata-rata adalah orang jahat atau seseorang yang menghindari menghabiskan waktu dengan berbagai cara.

Menurut Robert Greene, penulis terlaris New York Times, agar kita melihat dunia apa adanya. Pada dasarnya itu berarti menerima sifat manusia apa adanya; ada orang yang akan kita rukunkan dan orang yang tidak akan kita kenal. Bahkan ketika kita menemukan yang terakhir, lihat pada setiap kedalaman interaksi terhadap keinginan kamu dan bagaimana kamu bisa menjadi orang yang lebih baik dan bijaksana. 

Baca Juga : Cowok Pertimbangkan Saat Memilih Jam Tangan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *